Skizophrenia

January 5, 2012 at 8:25 am (Uncategorized)

Bagi yang belum mengetahui, Schizophrenia adalah sebuah penyakit gangguan kejiwaan dimana seseorang merasa kesulitan untuk membedakan antara imajinasi dengan realita.  Ini membuat seseorang merasa yakin mendapat bisikan, melihat sesuatu, atau pernah mengalami sesuatu.

 

Orang yang mengidap schizophrenia dalam skala berat oleh masyarakat dianggap sebagai gila. Namun dalam kadar yang lebih rendah ketika pengidapnya masih bisa terlihat normal, ditambah pengidapnya adalah orang orang yang religius atau terkait dengan dunia ghaib (paranormal) segala ini sering diartikan sebagai pertanda Supranatural. Seperti biasa, tulisan ini menawarkan perspektif ilmiah yang menawarkan ‘ada penjelasan lain’ selain penjelasan yang dikaitkan dengan penjelasan agamis atau supranatural.

 

Self Delution

 

Fenomena ini kadang dapat menjelaskan mengenai orang orang yang mengaku mendapat bisikan dari setan, jin, arwah hingga mereka yang mengaku sebagai Nabi. Seseorang pengidap schizophrenia bisa saja terlihat sangat bijak, jujur, dan meyakinkan. Namun ini adalah masalah gangguan syaraf yang bisa dideteksi oleh ahli syaraf. Bagaimana seseorang bisa pecaya dirinya adalah Nabi? Kepercayaan bahwa kenabian adalah pilihan Tuhan yang diberikan kepada orang orang tertentu secara khusus membuat kadang orang menginginkan menjadi that Special One. Orang suci yang ditunjuk Tuhan, dimuliakan dan dipuja. Ketika keinginan ini menjadi sangat kuat ditambah gejala schizophrenia, ini semua dapat menggiring pengakuan sebagai Nabi atau sekedar mengaku mendapat bisikan dari Tuhan. Orang orang yang menyangkalnya akan mengatakan bahwa bisikan tersebut berasal dari iblis, Setan atau semacamnya sesuai kepercayaan mereka. Fenomena ini dapat menggiring manusia disekitarnya untuk terjerumus pada delusi yang lebih dalam atas sesuatu yang belum tentu benar terjadi.

 

Dalam dunia mistik misalnya, ketika seseorang terlalu mempercayai kekuatan supranatural dan ghaib, adakalanya tergiring pada wishfull thingking dimana dia kemudian merasakan keinginan yang sangat kuat untuk mendapatkan konfirmasi ataupun ‘pertanda’ dari entitas supranatural yang dia cari. Keinginan kuat ditambah kondisi fisik serta syaraf yang terganggu sangat mungkin menciptakan halusinasi atau penyakit schizophrenia.

Sebagai contoh, pada tahun 2006 di Texas, seorang ibu bernama Dena Scholsser membunuh anaknya bernama Maggie. Dia mengaku para Polisi bahwa dia dengan berat hati melakukannya karena mendengar Suara dari Tuhan. Terinspirasi juga dengan kisah dalam kitab suci yang dia percaya yang menceritakan Nabi (Asli) yang juga mendapat bisikan untuk ‘mengorbankan’ anaknya meskipun akhirnya mendapat ’suara lain’ yang meminta untuk menghentikannya. Berbeda dengan Nabi terdahulu, wanita ini tidak mendapat ‘wahyu’ untuk membatalkan pengorbanan anaknya.

 

Kasus lain adalah ketika Seorang bernama Ibrahim berumur 31 tahun di Aceh yang mencekik keponakannya yang sedang tidur hingga Tewas karena mengaku mendengar suara yangs angat keras saat sedang tidur untuk melakukannya. Dia juga melakukan penganiyayaan terhadap keponakannya yang lain dengan ‘bisikan’ serupa. Ibrahim sangat menyesali perbuatannya namun tak kuasa untuk tidak menghiraukan ‘bisikan’ yang dia dengar.

Lain cerita dengan MDS di Bali yang melakukan pemerkosaan terhadap anak dibawah umur sebanyak 10 kali karena mendapat bisikan yang lain. DIa juga mengaku pernah mengalami mati suri.

 

False memory

 

Bagaimana mungkin seseorang tidak bisa membedakan antara imajinasi dan kenyataan? Berita buruknya, hal itu dapat terjadi pada siapa saja. Jika anda sering melamun, menggemari cerita fiksi dan membayangkan menjadi bagian dari cerita, atau mengkonsumsi obat obatan yang membuat anda tak bisa membedakan imajinasi dan realita, maka potensi anda mendapatkan  penyakit serupa cukup tinggi.

 

Apa yang membedakan antara imajinasi akan sebuah pengalaman dan memori akan sebuah ingatan hanya terletak pada seberapa ‘nyata’ gambaran tersebut dalam ingatan. Imajinasi dan memori sangat mungkin tertukar. Pada saat kita mengalami sesuatu, memori yang terekam sangatlah kompleks karena melibatkan indera penglihatan, penciuman, peraba, dan lain lain sehingga membaur menjadi sesuatu yang sangat ‘vivid’ (nyata/jelas) . Berbeda jika kita sekedar berimajinasi mengenai suatu peristiwa dimana informasi yang terekam atas imajinasi  hanya sebatas visual dan tidak sejelas dan selengkap ‘ingatan’ atas pengalaman nyata.

 

Apa yang terjadi saat pengalaman nyata tidak menyimpan informasi yang kuat? Kita bisa menganggapnya tidak pernah terjadi (lupa) atau menganggapnya sebagai imajinasi. Begitupun sebaliknya, saat imajinasi kita sangat kuat bahkan kita mengingat bau yang sebenarnya tidak pernah ada, kita bisa saja menganggapnya sebagai pengalaman nyata meskipun sebenarnya itu hanyalah imajinasi.

 

Sebagai contoh, pada tahun 1996 seorang wanita menuduh Dr. Donald Thompson (seorang psikolog terkenal) telah memperkosa dia. Kenyatannya, wanita ini diperkosa oleh orang yang tidak dikenal sesaat setelah menonton tayangan televisi yang mempertunjukkan dokter Donald melakukan wawancara. Bagaimana ini bisa terjadi?

Ketika seseorang mengalami kejadian yang sangat traumatik, secara sadar atau tidak dia berusaha sekuat tenaga untuk menghapus memori tersebut. Inilah yang kemudian banyak bagian yang tidak mampu dia ingat. Pada saat pengadilan, wanita tersebut memaksa ingatannya untuk mengingat secara detail kejadian tersebut. Fragmen fragmen yang dia ingat tersusun menjadi ‘realita’ baru yang menjadi tidak akurat. Kenyataannya wanita tersebut tidak pernah bertemu dengan dokter Donald dan hanya melihatnya lewat televisi.

 

Ini semua menunjukkan bahwa kadang kita ditipu oleh daya ingat dan panca indera kita. Penyakit Schizophrenia banyak diderita oleh orang orang dalam usia produktif bahkan remaja. Inilah yang kemudian menyebabkan gejala delusi (termasuk melihat hantu dan segala macamnya) benar benar dipercaya oleh seseorang dan secara meyakinkan menceritakannya kepada orang lain. Jangan begitu saja percaya pada mereka yang mengaku mendengar dan melihat sesuatu, dan demi kebaikan, sarankan kepada mereka, temui psikolog dan ahli syaraf.

 

By VirKill

IRiS

(Indonesian Rationalist Society)

 

Referensi:

Loftus, Elizabeth (1994), “Remembering Dangerously”, CSIOP

Caroll, Robert T (2006), The Skeptic Dictionary, Skepdic.com

Schacter, Daniel L. Searching for Memory – the brain, the mind, and the past (New York: Basic Books, 1996).

Permalink 2 Comments

Pertemuan Tiga Komunitas

January 5, 2012 at 8:24 am (Uncategorized)

Berita LP – UP2U Pulo Asem, 16 November 2011. Rabu malam (16 November 2011) ada kejadian menarik di UP2U Pulo Asem. Malam itu, UP2U Pulo Asem berkenan untuk menjadi tuan rumah pertemuan tiga komunitas, Hikmatul Iman (HI), komunitas Indigo dan beberapa teman dari komunitas Atlantis Indonesia (AI).Sebelumnya, mereka sudah sering bertemu dengan kang Dicky secara terpisah. Namun baru kali inilah, ketiganya berada dalam satu forum yang sama, di ruang terapi UP2U Pulo Asem yang seketika berubah menjadi ruang sauna karena sesaknya undangan yang hadir. Teman-teman HIers dari Ranting Satlat HI Jakarta yang jadwalnya malam itu latihan di Velodrome pun diminta bergabung oleh kang Dicky. Undangan bertambah oleh kehadiran teman-teman HIers dari ranting lainnya. Ada dua hal penting yang menjadi bahan diskusi malam itu.

 

Informasi Barang Mahal?

 

Pertama, soal informasi yang saat ini menjadi barang komoditas, barang berharga, dan dihargai mahal. Sudah dua kali kejadian dimana kang Dicky bertemu dengan staf ahli presiden bidang bencana, Andi Arief dan dua arkeolog dari Australia, Hans dan Roz Berekoven, membuktikan betapa mahalnya“harga” yang harus dikeluarkan untuk memperoleh informasi. Penelitian yang mereka lakukan di lempengan selat sunda dan perariran sepanjang zona netral pulau kalimantan dan malaysia menghabiskan biaya milyaran rupiah. Hans dan Roz yang menghabiskan uang yang dimilikinya untuk membiayai sendiri penelitiannya bahkan menjadi bangkrut karenanya. Program penelitian yang dibiayai pemerintah untuk meneliti lempeng selat sunda, tidak dapat dibayangkan lagi berapa jumlahnya. Meskipun tujuan keduanya berbeda, namun mereka menemukan hal yang sama, jejak warisan budaya suatu bangsa yang masih merupakan sebuah puzzle besar yang kepingan-kepingannya menimbulkan banyak pertanyaan.

 

Sulitnya informasi mengenai jejak budaya LEMURIAN pun dibuktikan oleh komunitas Metafisika Study Club yang dikelola oleh ibu Sita Sudjono. Beliau menghabiskan 51 tahun hidupnya untuk mencari jejak-jejak itu dan menyusun kepingan-kepingan puzzle, yang sampai saat ini pun, belum selesai. Di sisi lain, perdebatan di luar sana mengenai jejak peradaban budaya yang ada di Indonesia juga dilakukan oleh beberapa komunitas, salah satunya komunitas Atlantis Indonesia (AI). Komunitas-komunitas ini pun bersinggungan dalam perjalanannya, bersilahturahmi dan tentu saja, bertukar cerita.

 

Uniknya, baik komunitas dengan latar belakang penelitian ilmiah yang kuat hingga komunitas “indigo”, dan metafisika, pada akhirnya mampu berbicara satu hal yang sama. Para peneliti dan eksplorer mengamini  dari segi ilmiah dan berdasarkan bukti-bukti yang ditemukannya, bahwa jejak budaya “kuno” di Indonesia memang ada. Dan pertanyaan-pertanyaan besar mengenai artefak yang ditemukan yang masih merupakan puzzle besar buat mereka menimbulkan pertanyaan, apakah budaya bangsa yang mereka cari itu se”kuno” yang distigmakan semula, atau justru sebaliknya?

 

Komunikasi antar komunitas yang berbeda latar belakang itu terbuka ketika kang Dicky, penulis novel trilogi ARKHYTIREMA menyuguhkan cerita mengenai budaya bangsa LEMURIAN. Dan informasi mengenai hal itu, mereka dapatkan dengan sangat mudah. Informasi menjadi suatu hal yang tidak mahal, seperti yang seharusnya.

 

Meluruskan Pemahaman Masyarakat tentang “Indigo”

 

Kedua, soal meluruskan pemahaman masyarakat tentang anak atau orang “indigo”. Siang sebelumnya, kang Dicky ke TransTV. Mereka meminta pendapat kang Dicky tentang anak indigo. Mereka menerima penjelasan kang Dicky dan bahkan, memintanya untuk melihat salah satu anak indigo, sebut saja Grady.

 

Grady ini anak yang unik. Cita-citanya adalah menjadi maling. Tanpa pemahaman yang benar mengenai anak indigo, mungkin Grady dianggap sebagai anak bejat. Kecil-kecil kok sudah bercita-cita menjadi maling? Dan mungkin kita akan memperlakukan Grady sebagai anak nakal yang perlu “diluruskan”. Namun demikian, Grady yang perlu diluruskan ataukah pemahaman kita yang perlu diluruskan mengenai anak indigo? Seringkali ketidakpahaman terhadap anak berdampak besar pada perlakuan kita terhadap anak tersebut, dan tentu saja, hidup anak itu kelak. Jangan sampai ketidakpahaman kita terhadap anak yang unik, menjadi penyebab utama kehancuran kehidupan anak itu.

 

Kuncinya menurut kang Dicky adalah, kita harus memasuki mereka, dan bicara dengan bahasa mereka. Kenapa Grady bercita-cita menjadi maling? Karena dia menangkap frekuensi maling sangat kuat di negara kita. Grady menangkap sinyal itu dan menganggap itu adalah hal yang benar karena merupakan sinyal yang dominan yang dilakukan oleh masyarakat. Ingat, Grady adalah anak indigo, sehingga  sinyal yang masuk ke dia adalah sinyal maling. Karena ia belum mampu menyaring sinyal yang masuk ke dirinya, maka sinyal yang dominan dianggap sebagai sinyal yang benar atau dibenarkan masyarakat. Oleh karena itu, justru kita harus membantu anak-anak seperti Grady. Dan bantulah dengan ikhlas, dengan nama Allah. Pemahaman Grady tidak salah. Lihatlah sekitar kita, orang yang tidak mau maling akan dianggap aneh, dan bukan bagian dari kelompok. Kalau tidak mau ambil dari biaya proyek dianggap aneh. Jadi wajar bila anak indigo seperti itu bercita-cita jadi maling. Kitalah yang membuat anak seperti Grady berpikiran demikian.

 

Satu saran penting dari kang Dicky untuk acara indigo di TransTV adalah untuk tidak membahasnya secara mistis. Mereka adalah anak-anak yang unik. Jangan dibahas secara mistis, tetapi dari segi ilmiah. Saat ini, mereka masih menggunakan foto aura, padahal itu bukan indikator “indigo” yang bisa diandalkan. Keunikan mereka tidak bisa dilihat dari foto aura saja, tapi kita harus masuk ke bahasa mereka. Tiap anak perlakuannya berbeda. Tugas kitalah agar memahami mereka, mengarahkan bagaimana mereka, dan memberikan perlakuan ke mereka sesuai dengan yang mereka mau. Ketika mereka mengeluarkan sesuatu sebenarnya mereka mengeluarkan gelombang elektromagnetik.

 

Acara itu juga akan memperlihatkan pengalaman orang tua dan latar belakang si anak dalam bentuk drama, tetapi penjelasannya harus dalam bentuk ilmiah. Selama ini tidak ada orang yang bsia menjelaskan fenomena anak indigo secara ilmiah. Padahal, tiap orang adalah unik, indigo maupun tidak. Masing-masing dari kita memiliki tugasnya di planet bumi ini. Kalau dia hidup di planet lain, urusannya lain lagi. Jadi justru anak-anak yang indigo adalah unik. Keunikan ini yang akan dijelaskan dan diperkenalkan ke masyarakat secara benar, bukan secara mistis. Misalnya, mereka dirasuki sesuatu, dan akhirnya rukiyah, dlsb.

 

Sekali lagi, kita berbicara mengenai informasi, sebagai sebuah pengetahuan yang seharusnya dimiliki bersama, untuk kepentingan bersama pula. Bukannya dikemas sebagai barang komoditas, dihargai mahal, apalagi digunakan untuk menyesatkan pemahaman masyarakat. Malam itu, tiga komunitas yang hadir, meski dengan latar belakang dan keunikan yang berbeda-beda, memiliki pemahaman yang sama soal pentingnya informasi dan bersinergi. (hsn)Sumber = Lemurian Prod

Permalink 3 Comments

LAW OF CULTIVATION

January 5, 2012 at 8:22 am (Uncategorized) ()

Oleh: Boni Binoba (Personal Advisor at TAROT Cur-Hat)

  1. Hidup ini adalah pelajaran dari Tuhan untuk manusia.
  2. Jika kita tidak berhasil memahami pelajaran dari suatu peristiwa, maka peristiwa itu akan berulang.
  3. Jika kita berhasil memahami pelajaran dari suatu peristiwa, maka akan datang peristiwa selanjutnya dengan tingkat pelajaran yang lebih sulit.
  4. Ujung dari pelajaran-pelajaran ini adalah memahami siapa diri kita, siapa Tuhan kita dan apa yang harus kita lakukan untuk mencapai hidup bahagia yang penuh dengan rasa syukur.

Permalink 2 Comments

“KECERDASAN GANDA” DAN “GAYA BELAJAR”

July 18, 2010 at 11:45 am (Diskusi dari Indigo Community, Psikologi, renungan)

Alkisah…
Terbetiklah sebuah kabar yang menggegerkan langit dan bumi. Kabar itu berasal dari dunia binatang. Menurut cerita, para binatang besar ingin membuat sekolah untuk para binatang kecil. Mereka, para binatang besar itu, memutuskan untuk menciptakan sebuat sekolah memanjat, terbang, berlari, berenang dan menggali.

Anehnya, mereka tidak dapat mengambil kata sepakat tentang subjek mana yang paling penting. Mereka akhirnya memutuskan agar setiap murid mengikuti kurikulum yang sama. Jadi setiap murid harus ikut mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang ataupun menggali.

Kelinci adalah ahli berlari. Suatu ketika kelinci ini hampir tenggelam saat mengikuti kelas berenang. Dan pengalaman mengikuti kelas berenang itu ternyata mengguncang batinnya. Lama kelamaan, karena sibuk mengurusi pelajaran berenang, si kelinci ini pun tak pernah lagi dapat lari secepat sebelumnya.

Kemudian ada kejadian lain yang cukup memusingkan pengelola sekolah. Seekor elang sangat pandai terbang. Namun ketika mengikuti kelas menggali, si elang ini tidak mapmpu menjalani tugas-tugas yang duberikan kepadanya. Dan akhirnya, ia pun harus mengikuti les perbaikan menggali. Les itu ternyata menyita waktunya, sehingga ia pun melupakan cara terbang yang sebelumnya sangat dikuasainya.

Demikianlah, kesulitan dami kesulitan ternyata melanda juga pada binatang-binatang lain, seperti bebek, burung pipit, dan ular. Para binatang itu tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Ini lantaran mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka.

*****
Fabel di atas merupakan gambaran dari persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh hampir setiap orang, tidak terkecuali bagi anak indigo dan indigo dewasa.

Bukan rahasia lagi bahwa anak indigo seringkali mempunyai permasalahan dengan sistem belajar di sekolah pada umumnya. Menurut Carroll dan Tober, anak-anak indigo mengalami kesulitan saat masuk di sekolah-sekolah konvensional karena penolakan mereka terhadap otoritas, lebih pandai daripada guru-guru mereka dan memiliki respon yang kurang terhadap rasa bersalah.

Dalam penanganan yang kurang tepat kreativitas anak indigo dan indigo dewasa dapat terhambat bahkan sering didiagnosis mengalami ADHD (gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif). Hal ini amat sangat disayangkan mengingat bahwa mereka memiliki kelebihan dengan bakat yang luar biasa dibandingkan anak-anak pada umumnya.

Pada dasarnya keberhasilan belajar seseorang – terlepas apakah ia indigo atau bukan- dipengaruhi oleh pemahaman tentang dua hal yaitu KECERDASAN bawaan dan GAYA BELAJAR. Sehingga dengan mengetahui KECERDASAN bawaannya serta mengetahui GAYA BELAJAR yang sesuai dengannya, anak indigo dan indigo dewasa diharapkan dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sehingga mampu menghasilkan karya-karya luar biasa.

SEMBILAN JENIS KECERDASAN

Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda.

Jenis kecerdasan pertama, kecerdasan linguistik, adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Jenis pemikiran inilah yang menghasilkan King Lear karya Shakespeare, Odyssey karya Homerus, dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargu-mentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka senang bermain-main de¬ngan bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata (pun), dan tongue twister. Kadang-kadang mereka pun mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra. Mereka gemar sekali membaca, dapat menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas.

Jenis kecerdasan kedua, Logis-matematis, adalah kecerdasan dalam hal angka dan hgika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer. Newton menggunakan kecerdasan ini ketika ia menemukan kalkulus. Demikian pula dengan Einstein ketika ia menyu-sun teori relativitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-mate-matis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.

Kecerdasan Spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga, mencakup bapikir dalam gambar, serta kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. Siapa pun yang merancang piramida di Mesir, pasti mempunyai kecerdasan ini. Demikian pula dengan tokoh-tokoh seperti Thomas Edison, Pablo Picasso, dan Ansel Adams. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.

Kecerdasan musikal adalah jenis kecerdasan keempat. Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Bach, Beethoven, atau Brahms, dan juga pemain gamelan Bali atau penyanyi cerita epik Yugoslavia, se-muanya mempunyai kecerdasan ini. Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu.

Kecerdasan kelima, kinestetik-jasmani, adalah kecerdasan fisik. Kecer¬dasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan kete-rampilan dalam menangani benda. Atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat tinggi. De¬mikian pula Charlie Chaplin, yang memanfaatkan kecerdasan ini untuk melakukan gerakan tap dance sebagai “Little Tramp”. Orang dengan ke¬cerdasan fisik memiliki keterampilan dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga menikmati kegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau berperahu. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.

Kecerdasan keenam adalah kecerdasan Antarpribadi. Ini adalah ke¬mampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Ke¬cerdasan ini terutama menuntut kemampuan untuk mencerap dan tang-gap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Direk-tur sosial sebuah kapal pesiar harus mempunyai kecerdasan ini, sama halnya dengan pemimpin perusahaan besar. Seseorang yang mempunyai kecerdasan antarpribadi bisa mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar seperti Mahatma Gandhi, atau bisa juga suka memanipulasi dan licik seperti Machiavelli. Namun, mereka semua mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi networker, perunding, dan guru yang ulung.

Kecerdasan Ketujuh adalah kecerdasan Intrapribadi atau kecer¬dasan dalam diri sendiri. Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan wirau-sahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya, mereka juga sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan, dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar bela-jar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain. (Armstrong: 1999: 3-6)

Kecerdasan kedelapan, Kecerdasan Naturalis (Lingkungan). Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.

Orang yang punya inteligensi lingkungan tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan kla-sifikasi tanaman dan binatang. Orang ini mempunyai kemam¬puan mengenal sifat dan tingkah laku binatang, biasanya mencintai lingkungan, dan tidak suka merusak lingkungan hidup. Salah satu contoh orang yang mungkin punya inteligensi lingkungan tinggi adalah Charles Darwin. Kemampuan Dar¬win untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga, burung, ikan, mamalia, membantunya mengembangkan teori evolusi.

Inteligensi lingkungan masih dalam penelitian lebih lanjut karena masih ada yang merasa bahwa inteligensi ini sudah termasuk dalam inteligensi matematis-logis. Namun, Gardner berpendapat bahwa inteligensi ini memang berbeda dengan inteligensi matematis-logis.

Kecerdasan kesembilan, Kecerdasan Eksistensial, intelegensi ini menyangkut kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang ter¬dalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Kindi, Ibn Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai inteligensi eksistensial tinggi.

Anak yang menonjol dengan inteligensi eksistensial akan mempersoalkan keberadaannya di tengah alam raya yang besar ini. Mengapa kita ada di sini? Apa peran kita dalam dunia yang besar ini? Mengapa aku ada di sekolah, di tengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak yang menonjol di sini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang, termasuk gurunya sendiri. Misalnya, tiba-tiba ia bertanya, “Apa manusia semua akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa aku hidup?”

TIGA JENIS GAYA BELAJAR

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu :
“modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat.
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :
1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3. Tidak mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6. Pembaca cepat dan tekun
7. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
8. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9. Lebih suka musik dari pada seni
10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja.

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

1. Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
2. Penampilan rapi
3. Mudah terganggu oleh keributan
4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
5. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7. Biasanya ia pembicara yang fasih
8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11. Berbicara dalam irama yang terpola
12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat.

Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1. Berbicara perlahan
2. Penampilan rapi
3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9. Menyukai permainan yang menyibukkan
10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.

Demikian tulisan ini saya adopsi dari beberapa referensi untuk rekan-2 di IC. Semoga bermanfaat. Anddd….Have a nice weekend…. ^_^

***********
Referensi:
http://keluargasehat.wordpress.com/category/anak-indigo/
http://wongalus.wordpress.com/2010/02/11/fenomena-anak-indigo/
http://angkasa.ngeblogs.com/2010/02/25/anak-indigo/
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_Indigo
http://www.yapibangil.org/Kolom-Pemikiran/multiple-intelligences-kecerdasan-menurut-howard-gardner-a-implementasinya-strategi-pengajaran-dikelas.html
http://www.facebook.com/note.php?note_id=285458894329&id=404485795493

disajikan oleh: Webri Veliana

Permalink 3 Comments

TIPS-TIPS MENGATASI LUMPUH SAAT TIDUR (SLEEP PARALYSIS / KETINDIHAN)

July 18, 2010 at 11:42 am (Tips)

Beberapa orang terkadang pernah mengalami rasa kaku atau lumpuh saat tidur yang disebut dengan sleep paralysis. Kondisi ini tentu saja bisa menimbulkan serangan panik. Bagaimana cara mengatasinya?

Kelumpuhan saat tidur (sleep paralysis) adalah suatu kondisi seseorang yang sedang berbaring terlentang saat baru saja tertidur atau baru akan terbangun tapi menemukan dirinya tidak bisa bergerak atau berbicara.

Kejadiannya bisa terjadi dalam waktu beberapa detik atau menit. Selama periode itu seseorang akan diliputi rasa takut atau panik yang terkadang disertai dengan berbagai halusinasi fantastis atau mengerikan.

Seperti dikutip dari BBC, kelumpuhan saat tidur ini biasanya ditandai dengan ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan anggota tubuh untuk digerakan dan juga tidak bisa berbicara atau berteriak.

Berdasarkan analisa dengan menggunakan polysomnograph (rekaman tidur) ditemukan adanya penekanan pada otot rangka orang tersebut.

Halusinasi yang menyertai kelumpuhan tidur ini bisa dalam berbagai bentuk, seperti exosomatic (gelombang, getaran dan gemetar), akustik (dering bernada tinggi atau suara yang keras), visual (cahaya atau persepsi ekstrim terhadap suatu objek), somatosensori (perasaan tubuh menjadi bengkok, diputar, ditekan atau sensasi seperti terbang dan mengambang) dan fisik (tiba-tiba merasa sakit di bagian tubuh).

Jika mengalami kelumpuhan tidur, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terlepas dari kondisi ini, yaitu:

Cobalah untuk memastikan dan mengatur agar bisa tidur dalam posisi santai, serta usahakan untuk tidak terlalu lelah saat akan tidur. Karena kelelahan yang parah cenderung meningkatkan kemungkinan mengalami kelumpuhan tidur.

Usahakan untuk tidur dengan nyenyak, dalam arti tidak sering terbangun atau tidak merasa gelisah saat tidur.

Jika pernah mengalaminya, cobalah untuk mengidentifikasi penyebabnya sehingga bisa menghindari situasi atau kondisi yang terkait.

Usahakan tidur di tempat yang tenang dan memiliki ventilasi yang baik seperti ruangan berangin.

Sebelum tidur cobalah untuk melakukan beberapa latihan pernapasan atau membaca sesuatu yang menyenangkan dan lucu. Teknik ini bisa menghilangkan kecemasan yang bisa menjadi faktor penyebab kelumpuhan tidur.

Jika mengalami kelumpuhan saat tidur, usahakan untuk menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan paksa. Hal ini bisa membantu seseorang untuk terjaga.

Jika merasa akan mengalami kelumpuhan tidur, cobalah untuk melakukan beberapa jenis gerakan seperti menggerakkan jari sebagai bentuk perlawanan.

Sumber: http://www.segalacara.com/cara/JANGAN-PANIK-INILAH-CARA-MENGATASI-LUMPUH-SAAT-TIDUR-SLEEP-PARALYSIS

Permalink 10 Comments

Apakah Tuhan Itu Ada? (sebuah dialog)

July 18, 2010 at 11:40 am (renungan)

Seorang profesor filosofi yang atheis berbicara dalam kelasnya mengenai masalah antara ilmu pengetahuan dan Tuhan. Dia bertanya pada salah seorang mahasiswa baru.

Profesor (prof): Jadi, kamu percaya pada Tuhan?
Mahasiswa (ms): Tentu, prof.
Prof: Apakah Tuhan itu baik?
Ms: Tentu
Prof: Apakah Tuhan mahabisa?
Ms: Ya
Prof: Saudaraku meninggal karena kanker meskipun dia telah berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkannya. Sebagian besar manusia, teman-teman sekitar kita akan menolong orang yang sakit. Tapi Tuhan tidak. Bagaimana Tuhan seperti ini bisa bisa dikatakan baik? Hmm?
Ms: (Mahasiswa diam)
Prof: Kamu tidak dapat menjawab bukan? Mari kita mulai lagi. Apakah Tuhan itu baik?
Ms: Ya, tentu.
Prof: Apakah iblis itu baik?
Ms: Tidak
Prof: Dari mana datangnya iblis?
Ms: Dari….Tuhan.
Prof: Tepat. Sekarang katakan padaku, apakah di dalam dunia ini terdapat iblis?
Ms: Ya.
Prof: Iblis berada dimana-mana bukan? Dan Tuhan tidak berbuat apapun bukan?
Ms: Ya.
Prof: Jadi, siapa yang menciptakan iblis?
Ms: (Mahasiswa tersebut tidak menjawab)
Prof: Di dunia ini terdapat kesakitan? Kematian? Ketakutan? Kejelekan? Semua ini merupakan hal-hal yang mengerikan yang ada di dunia ini bukan?
Ms: Ya, prof.
Prof: Jadi, siapa yang menciptakan hal-hal tersebut?
Ms: (Mahasiswa tersebut tidak menjawab)
Prof: Ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa kamu mempunyai 5 indera yang dipakai untuk mengetahui dan mengamati lingkungan sekitarmu. Katakan padaku nak, pernahkah kamu melihat Tuhan?
Ms: Tidak pernah prof.
Prof: Katakan padaku, apakah kamu pernah mendengar suara Tuhan mu?
Ms: Tidak pernah prof.
Prof: Pernahkah kamu menyentuh Tuhan mu, merasakan Tuhan mu, mencium keberadaan Tuhan mu? Pernahkah kamu mempunyai pengalaman dengan inderamu mengenai kehadiran Tuhan?
Ms: Tidak pernah, prof.
Prof: Lalu kamu masih percaya kepada Nya?
Ms: Ya.
Prof: Secara emperis, terukur, percobaan perlakuan, ilmu pengetahuan mengatakan Tuhan mu tidak eksis. Apa yang dapat kamu katakan mengenai itu, nak ?

Ms: Tidak suatu apapun. Saya hanya mempunyai keyakinan saya.
Prof: Ya, keyakinan. Itulah masalah yang dihadapi ilmu pengetahuan.

Ms: Prof, premis filosofismu terbantahkan.
Prof: Terbantah? Dapat kau jelaskan bagaimana?
Ms: Prof, kau mencoba menjelaskan dalam premis dualitas. Kau berpendapat bahwa ada kehidupan dan kemudian ada kematian, Tuhan yang baik dan Tuhan yang jahat. Kau melihat konsep keTuhanan sebagai sesuatu yang terbatas, sesuatu yang dapat kita ukur. Prof, ilmu pengetahuan bahkan tidak dapat menjelaskan suatu pikiran. Pikiran menggunakan listrik dan magnetik, tapi tidak pernah terlihat, tidak pernah dipahami sepenuhnya oleh siapapun. Untuk melihat kematian sebagai lawan dari kehidupan adalah tidak peduli terhadap kenyataan bahwa kematian tidak dapat eksis sebagai hal yang substansial. Kematian bukanlah lawan dari kehidupan, hanya ketidakadaan kehidupan. Sekarang, katakan padaku prof, apakah kau mengajarkan mahasiswamu bahwa mereka merupakan hasil evolusi dari monyet ?
Prof: Jika kau menarik referensi dari proses evolusi alam, tentu, saya mengajarkan hal tersebut.
Ms : Pernahkah kau mengamati proses evolusi dengan mata kepalamu sendiri prof ?
Prof: (Profesor tersebut menggelengkan kepalanya dengan sedikit tersenyum, mulai memahami kemana pembicaraan tersebut mengarah).
Ms : Karena tidak ada seorangpun yang pernah mengamati bagaimana proses evolusi dan bahkan tidak dapat menjelaskan bahwa proses ini masih terus berjalan, apakah kau tidak mengajarkan sesuatu yang hanya pendapatmu, prof?
(Kelas menjadi riuh dengan bisik-bisik pelan para mahasiswa)
Ms: Apakah ada seseorang di kelas ini yang pernah melihat otak professor?
(Seketika terdengar tawa riuh dalam kelas)

Ms: Apakah ada seseorang di sini yang pernah mendengar otak professor, menyentuhnya, merasakannya, atau menciumnya?… Tidak seorangpun bukan. Jadi, menurut ketetapan empiris, percobaan perlakuan, ilmu pengetahuan mengatakan bahwa professor tidak mempunyai otak. Dengan segala hormat prof, jadi bagaimana kami dapat mempercayai kuliahmu, prof?
(Ruangan menjadi hening. Profesor memandang kepada mahasiswa tersebut, mukanya tidak dapat di tebak)
Prof: Aku rasa, kau dan teman-temanmu harus melihatnya dengan keyakinan, nak.
Ms: Tepat prof…penghubung antara manusia dan Tuhan adalah KEYAKINAN. Itulah yang menjaga semua hal bergerak sebagaimana mestinya dan kehidupan tetap berjalan.

disajikan oleh: ‘Falasufah Amethyst Albir

Permalink 16 Comments

Enneagram : 9 Tipe Kepribadian Manusia

July 18, 2010 at 11:38 am (Psikologi, Repost Article)

enneagram2

selama ini saya cuma kenal empat tipe kepribadian manusia: plegmatis, koleris, sanguin, dan melankolis. tapi baru saja ketika buka fesbuk, saya nemu penggolongan kepribadian manusia dengan cara yang lain, yaitu dengan metode enneagram. ternyata, saya dapet tipe petualang. nah, saya yang tertarik dengan hal-hal beginian pun jadi niat googling buat cari tahu. gak banyak, sih, yang saya dapet, tapi lumayan deh buat di-share:

(dari http://rumahkonsultasianak.wordpress.com/)

Enneagram dalam bahasa Yunani, Ennea, berarti sembilan, dan gram berarti “sebuah gambar”. Enneagram disimbolkan dengan lingkaran berisi bintang bertitik sembilan. Enneagram menjelaskan sembilan tipe kepribadian manusia. Salah satu keistimewaan Ennegram adalah kemampuannya mengindetifikasi dan menjelaskan beragam ciri kepribadian serta kecenderungan manusia. Keistimewaan lainnya adalah ajarannya bahwa kita tidaklah melakukan kesalahan karena berbeda dari yang lain.

1. Perfeksionis

Dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjalani hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain, serta menghindari kemarahan.

2.Penolong

Dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, serta untuk mengekspresikan perasaan positif kepada orang lain.

3. Pengejar Prestasi

Dimotivasi oleh kebutuhan untuk produktif, sukses, dan terhindar dari kegagalan.

4. Romantis

Dimotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan sendiri dan dipahami oleh orang lain, menemukan makna hidup, dan terhindar dari citra diri yang biasa-biasa saja.

5. Pengamat

Dimotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala hal dan memahami semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tak memiliki jawaban.

6. Pencemas

Dimotivasi oleh kebutuhan akan rasa aman, rasa diperhatikan, atau melawan rasa takut.

7. Petualang

Dimotivasi oleh kebutuhan merasa bahagia dan merencanakan hal-hal menyenangkan, berkontribusi pada dunia, serta terhindar dari penderitaan dan rasa sakit.

8. Pejuang

Dimotivasi oleh kebutuhan untuk mengandalkan diri sendiri dan kuat, memberi pengaruh pada dunia, serta terhindar dari kesan lemah.

9.Pendamai

Dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain, dan menghindari konflik.

disajikan oleh:  Syazula Marwah

Permalink 4 Comments

[Bedah Buku] The Indigo Children: Bab I

April 19, 2010 at 3:08 pm (Uncategorized)

Manusia diciptakan berbeda-beda satu sama lain, oleh karena itu muncul keinginan untuk lebih mengenal diri sendiri dan orang lain. Dorongan tersebut membuat manusia menciptakan berbagai metode pengenalan diri yang sifatnya modern, seperti IQ, EQ, SQ, temperamen Melankolis, Koleris, Phlegmatis, dan Sanguinis. Selain dari metode-metode modern tersebut, manusia rupanya telah mengenal metode-metode pengenalan semacamnya sejak beribu tahun yang lalu, seperti Astrologi, Shio, dan aura. Metode kuno tersebut meskipun dipandang tidak realistis, namun telah diakui sebagai ilmu pengetahuan.

Aura merupakan suatu medan energi yang terdapat di sekeliling tubuh manusia, dengan kata lain aura adalah suatu energi kehidupan manusia. Melalui aura, manusia dapat mengetahui apa saja yang akan mereka pelajari dalam hidupnya. Pengamatan terhadap warna-warna kehidupan secara di era modern dipelopori oleh Nancy Ann Tape yang kemudian dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Understanding Your Life Through Color.  Dalam pengamatannya, Nancy menemukan suatu warna baru pada aura anak-anak yang lahir pada akhir dekade 1970-an hingga dekade 1980.  Warna tersebut adalah Indigo.

Nancy kemudian mengamati bahwa pada diri anak-anak dengan aura Indigo terdapat suatu atribut psikologi baru yang  belum pernah terekam pada generesi-generasi sebelumnya. Terdapat sepuluh ciri umum anak-anak Indigo:

1.  Mereka datang ke dunia dengan rasa ingin berbagi;

2.  Mereka menghayati hak keberadaannya di dunia ini dan heran bila ada yang menolaknya;

3.  Dirinya bukanlah yang utama, seringkali menyampaikan ‘siapa jati dirinya’ pada orang tuanya;

4.  Sulit menerima otoritas mutlak tanpa alasan;

5.  Tidak mau/sulit menunggu giliran;

6.  Mereka kecewa bila menghadapi ritual dan hal-hal yang tidak memerlukan pemikiran yang kreatif;

7.  Seringkali mereka menemukan cara-cara yang lebih tepat, baik di sekolah maupun di rumah, sehingga menimbulkan kesan “non konformistis” terhadap sistem yang berlaku;

8.  Tampak seperti antisosial, terasing kecuali di lingkungannya. Sekolah seringkali menjadi amat sulit untuk mereka bersosialisasi;

9.  Tidak berespons terhadap aturan-aturan kaku (misalnya: “tunggu sampai ayahmu pulang”);

10.  Tidak malu untuk meminta apa yang dibutuhkannya.

Namun banyak pula ciri-ciri lain anak Indigo lepas dari sepuluh karakter di atas, seperti bahwa anak Indigo tidak menghargai seseorang berdasarkan uban dan kerut-kerut wajah.  Jika mereka diperlakukan secara kasar, anak Indigo akan pergi kepada pihak yang berwajib secara otomatis.  Banyak di antara mereka adalah filsuf yang dilahirkan secara alamiah untuk memikirkan arti kehidupan dan bagaimana cara menyelamatkan planet ini.  Para Indigo mengolah emosi mereka secara berbeda dengan non-Indigo karena mereka memiliki rasa harga diri yang tinggi dan integritas yang kuat.  Mereka bisa membaca orang lain seperti sebuah buku yang terbuka dan dengan cepet mengetahui dan menetralisasi setiap agenda atau usaha tersembunyi untuk memanipulasi mereka, betapa pun halusnya.  Tidak hanya mereka ahli dalam mengetahui agenda atau motif tersembunyi secara intuitif, mereka juga sama ahlinya dalam mengembalikan agenda tersebut kepada orang yang menggunakannya, khususnya orang tua mereka.

Mereka memiliki determinasi bawaan yang kuat untuk mengerjakan segala sesuatu untuk diri mereka sendiri dan hanya menginginkan bimbingan dari orang lain bila itu dikemukakan kepada mereka dengan penghargaan dan dalam format yang sebenarnya.  Mereka bisa mengisap pengetahuan seperti busa, khususnya jika mereka menyukai atau tertarik terhadao suatu persoalan. Para Indigo lahir untuk menjadi master.  Mereka datang untuk melayani planet ini, orangtua mereka, dan teman-teman mereka sebagai utusan dari Surga, pembawa kebijaksanaan bila mereka didengarkan. Mereka mudah terganggu ketika segala sesuatu, terutama percakapan, tidak sinkron.  Mereka senang menjadi spontan dan mudah menjadi sangat gembira tanpa alasan yang jelas.

Anak Indigo, menurut Nancy Ann Tape, terbagi lagi menjadi empat golongan, di antaranya:

  1. Indigo Humanis, yang akan bekerja dengan orang banyak, melayani sesama, dan hiperaktif. Mereka luar biasa suka bergaul dan ramah pada siapa saja. Mereka memiliki pendapat yang sangat kuat. Mereka kikuk dengan tubuh mereka, kadang-kadang mereka dapat berlari menabrak dinding karena lupa mengerem. Mereka cepet beralih perhatian.
  2. Indigo Konseptual, yang teruju kepada proyek daripada manusia. Tubuh mereka tidak kikuk, bahkan kebanyakan sangat atletis. Mereka suka mengendalikan orang lain, terutama orang tua , mereka. Jenis ini memiliki resiko besar terhadap kecanduan.
  3. Indigo Seniman, yang jauh lebih peka. Mereka lebih tertuju pada seni dan sangat kreatif. Jika masuk ke suatu bidang, mereka akan mengambil sisi kreatifnya.
  4. Indigo interdimensional yang akan membawa filosofi dan agama baru ke dunia. Pada umumnya mereka berperawakan lebih besar dari sebayanya dan mereka tahu segalanya, sehingga sukar untuk memberitahu apapun pada mereka.

Anak-anak Indigo juga sering disebut sebagai anak-anak berbakat (gifted), maka tidak heran jika mereka memiliki pula karakteristik anak-anak berbakat:

1.  Memiliki kepekaan yang tinggi.

2.  Memiliki energi berlebih.

3.  Mudah bosan, mungkin tampak seperti memiliki rentang perhatian yang pendek.

4.  Memerlukan orang dewasa yang secara emosional stabil di sekitarnya.

5.  Akan menolak otoritas jika orientasinya tidak demokratis.

6.  Memiliki cara belajar yang lebih disukai, khususnya dalam membaca dan matematika.

7.  Mungkin mudah frustasi karena mereka memiliki gagasan yang besar, namun kekurangan sumber daya atau orang untuk membantu mereka melaksanakan gagasan tersebut agar berhasil.

8.  Belajar dari tingkat eksplorasi, menolak ingatan dengan cara menghafal atau mendengarkan.

9.  Tidak dapat duduk tenang kecuali jika perhatiannya terserap pada hal yang menarik perhatiannya sendiri.

10.  Sangat perasa, memiliki banyak ketakutan seperti kematian dan kehilangan orang yang dicintai.

11.  Bila mengalami kegagalan dini, mereka mungkin menyerah dan mengalami hambatan belajar secara permanen.

Author Buku: Lee Carroll & Jan Tober.
Tahun terbit: 2006
Penerbit di Indonesia: PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia (BIP)

Penulis uraian: Sujatmiko Pujitono von Habsburg (INDIGO COMMUNITY)

Permalink 1 Comment

Ciri-ciri Fisik Anak Indigo

March 28, 2010 at 12:38 am (Repost Article) (, )

Beberapa tulisan dan buku yang membahas mengenai anak Indigo hanya mengemukakan ciri-ciri perilaku dan kejiwaannya saja, dan tidak ada yang secara spesifik menjelaskan ciri-ciri fisiknya. Apakah ciri-ciri fisik anak Indigo itu, yang membedakannya dengan anak-anak pada umumnya, memang ada?

Berbicara mengenai jiwa dan gambaran perubahannya yang muncul pada fisik, pasti sudah banyak orang yang tahu. Bagaimana emosi, seperti marah, sedih, dan gembira akan tergambar pada perubahan raut wajah, atau gerakan bahasa tubuh lainnya.

Emosi yang terjadi secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama bisa membuat suatu perubahan yang menetap pada roman muka dan tampilan fisik lainnya. Orang yang berkarakter jahat, sebagai contoh, seperti narapidana kambuhan, preman atau orang yang dalam kehidupannya sehari-hari selalu bergelut dengan dunia kejahatan, akan tergambarkan pada wajahnya dengan jelas. Begitu juga dengan orang yang berkarakter baik, seperti orang yang penolong, dermawan, baik hati, wajahnya akan tampak menyenangkan, teduh dan memberikan ketenangan apabila dipandang.

Pemahaman itulah yang digunakan dalam pembuatan karakter tokoh film atau animasi kartun, di mana seorang penjahat divisualisasikan dengan muka yang bengis, sorot mata kejam, jarang tersenyum, sedangkan seorang pemuka agama bermuka bersih bercahaya, seorang penegak hukum dengan wajah tegas, dan lain sebagainya.

Ciri-ciri fisik sejak lahir, anak-anak hingga dewasa

Anak Indigo terlahir dengan jiwa yang tua, atau tingkat kedewasaan dini pada usia sangat muda atau anak-anak. Sebagian anak Indigo bahkan memperlihatkan pertumbuhan jiwa yang luar biasa sejak usia bayi, seperti kemampuan berpikir analitik dalam memahami fungsi benda-benda, menilai karakter orang dewasa, mengungkapkan maksud hatinya kepada orang di sekitarnya, dan lain sebagainya. Pengaruh perkembangan jiwa yang terlalu cepat itu juga tampak pada pertumbuhan fisik seperti gigi yang muncul lebih cepat, dan kemampuan motorik seperti berjalan dan berbicara yang lebih dulu dari bayi pada umumnya.

Karena kemampuan anak Indigo terletak pada kekuatan jiwanya, maka bentuk fisik secara spesifik banyak terdapat di bagian kepalanya. Ciri yang khas adalah bentuk kepala yang sedikit agak lebih besar dari bayi atau anak-anak pada umumnya, terutama pada bagian lingkar kepala, dan dahi serta kening yang lebih lebar.

Kuantitas otak anak Indigo biasanya lebih besar disebabkan penggunaannya relatif lebih sering sejak usia dini tadi. Mereka berpikir dan menganalisa setiap apa yang dilihat, didengar atau dirasakannya.

Pelebaran pada lingkar kepala menunjukkan penggunaan kemampuan telepati, pada kening adalah analitik, sedangkan dahi adalah visualisasi dan imajinasi citra-citra supranatural.

Bentuk daun telinga pun mempunyai bentuk yang sedikit lebih keluar dari kepala, memanjang pada bagian ujung atas, dan agak menekuk ke atas pada bagian cuping bawah. Lebih kuatnya “insting reptil” merupakan sebab kemunculan ciri binatang yang tergambar pada bentuk daun telinga ini.

Begitu juga dengan mata, terutama tatapan mata yang sangat tajam dan dalam, dengan bagian pupil atau orang-orangan mata yang lebih besar, sehingga tampak hanya tersisa sedikit ruang untuk warna putih mata. Pandangan mata anak Indigo bertolak belakang dengan pandangan mata anak autis. Kalau anak autis tidak bisa menatap mata orang lain, atau tidak bisa berkonsentrasi pada satu titik dalam waktu yang lama, sedangkan anak Indigo sebaliknya, mereka dengan berani menatap – sambil menganalisa karakter – orang dewasa di depan mereka, dan tingkat konsentrasinya terhadap sesuatu sangat tinggi untuk ukuran mereka. Sedangkan orang-orangan mata yang lebih besar menunjukkan kemampuan melihat makhluk gaib dan hal-hal yang tersembunyi lainnya dari dimensi-dimensi lain. Selain itu ada sebagian anak Indigo yang terlahir dengan mata agak sedikit jereng, baik ke tengah – ke arah hidung – atau ke luar.

Susunan gigi-geligi mereka biasanya terlihat rapi dan bagus, dan terasa sangat tajam apabila anda merasakan gigitannya. Pada usia bayi ketika mulai tumbuh satu dua gigi, mereka cenderung melakukan kegiatan gigit-menggigit yang lebih sering dan intensif.

Ada semacam tanda aneh yang mungkin ditemukan pada saat kelahirannya – dan mungkin terbawa sampai usia beberapa tahun. Tanda itu terdapat di dahi, di antara kedua mata, sedikit agak di atasnya. Tanda yang pada sebagian anak Indigo terlihat cukup jelas seperti bekas pukulan yang membekas dalam dengan warna agak gelap samar. Tanda ini seperti “mata ketiga” yang menampakkan dirinya secara fisik.

Demikianlah sedikit pengetahuan saya tentang ciri-ciri fisik anak Indigo, yang mungkin bisa membantu para orang tua dalam mengenali keindigoan pada anak-anak mereka, terutama sejak usia bayi (balita) hingga usia anak-anak. Ciri-ciri tersebut di atas bisa saja akan bertahan hingga usia dewasa, namun biasanya akan mengalami penurunan atau peningkatan sesuai perubahan perilaku dan emosi jiwa. Namun secara umum, ukuran kepala yang lebih besar, bentuk daun telinga, dahi dan kening yang lebar, dan tatapan mata akan bertahan hingga usia dewasa.

Permalink 4 Comments

INDIGO COMMUNITY ON FACEBOOK

March 14, 2010 at 8:05 am (Uncategorized)

SELAMAT BERGABUNG DI INDIGO COMMUNITY

Indigo Community merupakan grup yang dibentuk sebagai wadah bertukar pengetahuan, bertukar pengalaman, curhat, dan berinteraksi bagi anak-anak indigo, pemerhati anak indigo, dan orang-orang yang ingin mengetahui tentang dunia anak indigo lebih dalam.

Indigo Community terbuka untuk umum dan bukan merupakan suatu bentuk aliran keagamaan tertentu.

A.  Misi:

1. Berupaya untuk menyajikan informasi dan diskusi seputar kajian ANAK INDIGO dari banyak sudut pandang (Sosial maupun Sains).

2. Memberikan pelayanan konsultasi langsung mengenai ANAK INDIGO, serta merangkul anak-anak yang suspect Indigo yang mengalami masalah penerimaan di lingkungan masyarakat.

B.  Tata Tertib dan Aturan

1.  Setiap anggota diharapkan tetap menjaga ketertiban selama jalannya diskusi, dengan:

– menggunakan kata-kata yang menandung nilai kesopanan.

– tidak menggunakan kata-kata yang bersifat emosional / anger statement, menyerang satu atau lebih golongan tertentu, tantangan.

2. Setup anggota dipersilakan membuat postingan, baik artikel maupun sharing pengalaman/masalah pribadi yg berhubungan dgn KAJIAN INDIGO CHILD, dengan memperhatikan aturan yang tertulis di poin pertama.

3.  Postingan yang melanggar tata tertib dan jauh dari Misi Indigo Community akan segera dihapus dalam waktu 2×24 jam, dengan disertai pemberitahuan sebelumnya melalui personal message ke Thread Starter-nya.

4.  Topik diskusi yang tidak aktif selama 4 Bulan, akan dihapus.

5.  Pertanyaan dan konsultasi pribadi mengenai masalah seputar kajian Anak Indigo dapat ditanyakan langsung kepada PERSONALIA kami yang tertera di Info grup.

6.  Laporan mengenai bentuk pelanggaran ataupun bentuk tulisan yang mengganggu ketertiban, mohon segera dilaporkan kepada MODERATOR DISKUSI kami.

7.  Kritik dan saran mengenai grup silakan dikirimkan kepada SUPERVISOR GRUP. Kritik dan saran kawan-kawan semua, sangat berarti bagi kemajuan dan kelangsungan grup ini.

Berikut adalah pengurus INDIGO COMMUNITY yang bertugas:

  1. Supervisor: Tubagus Arya Sencaki, Ima Santika Jayati, dan Adhizz Aditya
  2. Moderator Diskusi: Raja Agustinus Icu dan Bobo Berlian
  3. Personalia: Neo Astro Indigo (Ka. Personalia), Ryan Ferdiansyah, Bety Ria Sersana, Emilia Kw Suwito-Siradjuddin, Akhmad Safruddin (konsultan pengobatan), Isrida Yul Arifiana dan Mothergoddess Rhea.
  4. Jurnalia: Devina Carolina, Yohana Pitra Edodya, dan Raya Rabiyatul Adawiah.

So selamat bergabung untuk kawan semua. Salam persaudaraan J

Kontribusi pemikiran kalian sangat berharga bagi sesama.
Saling Asah-Asih-Asuh

There’s no place like home.
Welcome Home Buddy!!

Contact:

Email: indigocommunity.id@gmail.com

IndiBlog: https://komunitasindigoindonesia.wordpress.com

IndiTweet: @indigocommunity

Converence resmi via YM akan diadakan tiap Jumat malam pukul 20.00 hingga 22.00 WIB.

Hubungi pengurus kami untuk informasi lebih lanjut.

Link Grup Kami di Facbook:

http://www.facebook.com/group.php?gid=70682774043&ref=nf

Permalink 5 Comments

Next page »